== Bab 6 ==
Lina dan teman-teman sekarang sedang dalam perjalanan menuju tempat wisata kedua pada hari ini. Kak Yani bilang, tempat kali ini bisa dibilang unik. Lina jadi tak sabar untuk sampai kesana. Akan tetapi, ternyata tempat wisata itu baru akan buka pada pukul 3 sore hari. Sekarang masih jam 11 lewat, masih lama sampai tempat itu buka.
Untuk mengisi kekosongan waktu, mereka makan siang terlebih dahulu, lagipula sudah waktunya makan siang. Mereka turun dari mobil dan pergi melihat-lihat restoran di dekat Tokyo Tower. Ada banyak sekali pilihan, mereka jadi bingung memilihnya. Setelah beberapa waktu berkeliling, mereka bertengkar karena berbeda pilihan.
Lina dan Willy ingin makan di sebuah restoran bernama Tango Restaurant, selain dekat, menunya juga kelihatan enak. Tapi, Teru ingin makan Sushi, dan Rie ingin makan Takoyaki. Mereka jadi berselisih, Kak Yani jadi bingung mau pilih yang mana. Mereka saling berteriak satu sama lain.
“Lebih baik ini!”
“Ini lebih enak tahu!”
“Enggak!! Yang ini yang lebih enak!!!”
“UDAAAAH JANGAN BERANTEM, KALIAN HOMPIMPAH AJA DEH!!” ucap Kak Yani melerai mereka.
“Eh? Bener juga sih … AYO KITA SUIT!” ucap Lina dengan nada menantang.
“Ooh … Ayo! Aku sih suit biasanya menang!” jawab Teru dengan semangat.
“Uh, aku payah lagi dalam suit,” gumam Rie pelan.
“HOM PIM PAH!!” teriak mereka bersamaan.
“YEEE KITA MENAAANG!” teriak Lina dan Willy gembira-ria sambil menari-nari kecil.
“Uhh … Padahal sushi kan lebih enak,” gumam Teru dengan kesal. Karena Lina dan Willy menang, mereka akan pergi makan ke Tango Restaurant. Mereka menyebrang dari Tokyo Tower ke restoran di seberangnya.
(Tampak depan Tango Restaurant)
Lina, dkk masuk ke dalam restoran itu. Restoran itu isinya bisa dibilang keren, cocok untuk orang-orang yang suka selfie dan mem-post-nya di IG mereka. Mereka duduk di salah satu meja di dekat jendela, pelayan datang dan memberikan menu pada mereka. Kak Yani sudah memberikan izin untuk bebas memesan terserah mau mereka.
(Didalam Tango Restaurant)
Tapi, ternyata dengan syarat, yang bebas hanyalah yang termasuk kategori “makanan berat” dan hanya memesan satu minuman. Sisanya, seperti snack, desert, Kak Yani bilang harus ditanggung sendiri. Rie sebenarnya sempat protes, bertanya “kok bisa seperti itu?”.
Kak Yani menjawab dengan santai, dia bilang mereka kan sudah mendapatkan hadiah tambahan uang saku selama di Jepang sebesar 1 juta. Jadi, uang itu seharusnya dipakai ketika mereka sedang di Jepang. Kak Yani yang jadi pemandu cuma bertugas mengantar, menunjukkan, menyarankan, dan memastikan perjalanan berjalan lancar.
Rie agak sebal, tapi sayangnya yang dibilang Kak Yani itu benar, jadi … mau bagaimana pun sudah seperti itu peraturannya. Yah, dia cuma bisa mengikuti. Mereka pun memesan makanan dan minuman. Mereka menunggu tak lama, pelayanannya bisa dibilang cepat meskipun tak sangat cepat.
Mereka makan dengan lahap makanan yang sudah datang. Tapi … ada sesuatu terjadi … pada saat mereka selesai makan dan perut kenyang sudah dipenuhi makanan. Lina tadi sempat pesan desert, memang murah tapi …
“KOK DOMPETKU NGGA ADA??!!” jerit Lina kebingungan dan ketakutan.
Pertama kali Lina pikirkan adalah dicuri. Tapi, kalau ternyata dompetnya itu dicuri, harusnya HP yang Lina disimpan di dalam tas itu ikut dicuri. Dan nyatanya HP itu masih tersimpan rapi di dalam tas. Karena itu Lina merasa kalau dompet itu hilang karena kecerobohannya bukan karena dicuri.
Panik, Lina membongkar seluruh tasnya demi mencari dompet itu. Tapi, nihil, dompet itu benar-benar hilang. Lina amat-sangat panik, dia kebingungan bagaimana bisa dia membayar desert yang dipesannya kalau dompet itu hilang. Rie melihat kepanikan Lina dan bilang, “Sudah, sini aku yang bayarin,”.
“Ehh?? Tapii–!” Lina hendak menolah tapi Rie menyelaknya.
“Gapapa, nanti saat kita sampai hotel kamu ganti ya?” ucap Rie lalu menjulurkan lidah.
“Lah … kirain ditraktir beneran …” ucap Lina dalam hati. “Ok deh kalau gitu, maaf, tolong ya!” mohon Lina sambil memasang pose minta maaf.
Akhirnya Rie membayar desert yang dimakan Lina, karena Lina tidak bisa membayarnya disebabkan oleh dompetnya yang hilang. Lina sedih, sebagian besar uangnya dia taruh di dompetnya itu, dia sebal dan sedih karena bisa-bisanya dia ceroboh seperti itu.
Untungnya, Lina masih punya sedikit uang yang disimpannya di dalam kopernya di hotel. Tidak banyak, tapi cukup untuk membeli sedikit sovenir murah untuk Ayah, Ibu, dan adik-adiknya. Setelah selesai membayar, mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya.
Perjalanan tak memakan waktu lama, jalanan lancar dan ternyata tempat yang dituju itu dekat dengan Tokyo Tower. Mereka hanya menghabiskan 10 menit untuk sampai ke sana. Mereka berhenti di di sebuah Mall besar bernama Carreta Shidome Mall. Di dalam tempat itu tampak biasa saja seperti Mall biasa.
Akan tetapi, mereka dibuat takjub ketika sampai ke bagian tengah Mall tersebut. Ternyata yang dibilang Kak Yani itu tidak bohong, tempat mereka ini benar-benar keren dan luar biasa. Ternyata itu adalah iluminasi musim dingin dengan lagu beberapa film bertema salju yang terkenal.
Lina langsung buru-buru mengeluarkan HP-nya dari tas. Dia merekam iluminasi menakjubkan itu. Sejauh ini, lagu yang diputar adalah lagu dari film Frozen dan juga Tangled. Lina kurang tahu tentang Tangled, tapi dia tahu betul lagu “Let it go”-nya Frozen. Lina sering menonton berulang-ulang film itu ketika dia masih umur 9 tahun.
Pertunjukan berlangsung selama 15 menit. 7 setengah untuk Frozen, dan 7 setengah untuk Tangled. Setelah selesai, Kak Yani menawarkan mereka untuk belanja di dalam mall. Tapi, mereka menolak dan bilang lebih baik langsung ke tempat selanjutnya saja. Kak Yani mengangguk, lalu dia berkata, “Oh iya, tempat selanjutnya festival loh,”.
Lina senang, dia jarang sekali ke festival di Indonesia. Dan sekarang dia dapat kesempatan untuk pergi ke festival di negara lain! Tentu saja dia semangat sekali.
Waktu menunjukkan jam 5 sore, sudah hampir 4 jam mereka habiskan. Perjalanan mereka hari itu rupanya sudah selesai, besok mereka akan ke kota lain naik kereta.
Semuanya senang, mereka sudah cukup capek berkeliling-liling. Sesampainya di hotel, Kak Yani memperingati agar membereskan barang-barang karena besok paginya mereka akan langsung check out. Mereka semua mengangguk-angguk mengerti, lalu kembali ke kamar.
Di kamar mereka membereskan barang-barang, dan yang belum ngantuk, menonton TV atau ngobrol dulu sampai pukul 9-an. Pada jam sembilan, Kak Yani datang ke kamar Lina dan Rie (mereka semua sedang kumpul di sana nonton film) membawakan sedikit makanan. Tepat pukul setengah 10 mereka semua mulai mengantuk dan tidur …
Paginya, semuanya sarapan dulu, membawa barang ke lobby, dan akhirnya check out!
“Festival, here I come!” ucap Lina dalam hati.
== 00 == 00 ==