Sprint 19 – Alif

Utsman Bin Affan

Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi yang paling dermawan. Ia termasuk Assabiqunal Awwalin atau sahabat yang awal masuk Islam, beliau masuk Islam setelah Abu Bakar. Ia mengenal Islam melalui Abu Bakar, ia masuk Islam secara sembunyi-sembunyi

Kisah kedermawanan Utsman salah satunya adalah ketika Utsman membeli sumur milik seorang Yahudi. Setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah mereka kesulitan mendapatkan air. Di Madinah, ada sebuah sumur yang dimiliki oleh seorang yahudi, tetapi kaum muslimin harus membeli air tersebut. Rasulullah sangat berharap ada sahabat yang membeli sumur itu.

Akhirnya, Utsman yang membeli sumur tersebut. Maka terjadilah teransaksi jual beli antara seorang Yahudi dengan Utsman. Saat telah menjadi hak Utsman, kaum muslimin dapat mengambil air dengan bebas.

Wallahu ‘alam

Sprint 19 – qalesya

Gunung ciptaan allah

Pada waktu itu aku dan keluargaku hiking ke bukit atau gunung di daerah bogor tepat nya di bendungan katulampa. aku dan keluargaku baru tahu lho ternyata dibalik bendungan katulampa itu ada gunung atau perbukitan ciptaan allah yang indah. Pada waktu itu tepat nya di hari minggu ayah, bunda, aku dan adikku naik kereta menuju bendungan katulampa. Kami naik dari stasiun kereta yang terdekat dari rumah kami, yaitu stasiun tanjung barat. Kereta yang kami naiki saat itu sangat ramai, mungkin karena itu hari minggu. Selama perjalanan aku melihat pemandangan yang sangat indah, bentangan bukit-bukit ciptaan allah yang belum terbayangkan sebelum nya kami sedang berjalan menuju kesana. Belum pernah terbayang di pikiranku seperti apa perjalanan yang kami tempuh. Ternyata tidak begitu rumit dan jauh karena dari stasiun bogor hanya cukup menyambung perjalanan dengan transportasi umum yaitu grab membutuhkan waktu sekitar 30menit jika perjalanan kami lancar.

Akhirnya kami pun sampai di tempat yang bernama “Bendungan katulampa” ternyata benar yang dikatakan oleh bundaku bahwa bendungan ini besar, lebih besar dari bendungan yang ada di dekat rumah kami. Sesampai nya disana aku melewati sebuah jembatan, dan dibawah jembatan yang kami lewati itu adalah bendungan air. Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju Pos katulampa untuk berkumpul Bersama teman-teman yang lain nya untuk Bersama-sama hiking ke pegunungan/perbukitan terdekat yang ada disitu. perjalan menanjak terus lho.. terus aku mulai ke lelahan, tapi aku dan keluargaku tetap bersemangat. Perjalanan pertama kami melewati sebuh terowongan yang Panjang, gelap dan berisik. Tapi seruu.. aku berjalan menelusuri sungai aku melihat banyak anak-anak yang bermain air, berenang dan ada yang mandi di sungai. Hiihii. Pemandangan yang unik menurutku. Tapi sedih juga karena di sekitar sungai banyak sampah yang berserakan, rasa nya mau aku ambil sampah nya, kubawa dan ku buang pada tempat nya. Tetapi perjalanan kami tidak bisa dihentikan karena aku takut ketinggalan dengan kelompok yang lain.

Perjalanan semakin seru karena aroma gunung mulai tercium, jalan setapak dan pemandangan perkebunan singkong punya penduduk selalu menemani kami disepanjang perjalanan. Setibanya di puncak gunung/bukit pertama aku melihat banyak kincir angin tradisional punya warga sekitar. Melihat pemandangan dari atas gunung/bukit sangat indah. Betapa besar ciptaan mu ya allah. Sebetul nya waktu aku berada diatas gunung/bukit aku ketakutan, karena takut terjatuh. Hee. Jadi nya aku pengangan dengan ayahku terus.

Perjalanan ke gunung/bukit ke dua aku merasa semakin Lelah, sementara kakak pemandu nya belum meminta kami supaya kami beristirahat. Aku bilang ke ayah ku saja kalau aku lelah. Lalu ayahku terlihat mencari sesuatu, dan memberi sesuatu nya itu untukku. Ternyata itu adalah batang pohon singkong untuk aku jadikan tongkat. Aku senang sekali langsung saja aku beri nama cili. Cili banyak membantuku selama perjalanan mendaki, terasa lebih ringan rasanya. Alhamdulillah kami sampai juga di puncak gunung/bukit yang ke tiga. Ini terasa berbeda dengan gunung/bukit yang lain nya, begitu banyak rumput ilalang yang indah bogor adalah kota yang indah jika dilihat dari puncak gunung yang ke tiga ini.

Perjalanan menuruni gunung/bukit terasa sulit karena jalan nya yang sempit, jalan nya juga menurun dan licin. Tapi cili terus menemani ku, perjalanan jadi terasa lebih seru. Jalan kami terus menurun dan aku melewati jembatan yang dibawah nya adalah air. Ayah ku bilang “nak kan hiking nya sudah mau selesai jadi cili nya ditinggal saja disini ya” aku meng “iya” kan tapi sebenarnya aku sedih. Aku ingin membawa cili pulang kerumah ku. Tetapi perjalanan kami pulang tidak memungkinkan juga kalau kami harus membawa cili. Lalu aku menaruh nya di atas jemabatan. Aku pun melanjutkan perjalanan ku Bersama keluarga dan teman lain yang mengikuti hiking juga sampai kami tiba diujung sungai untuk menangkap ikan. Horee.. aku suka sekali main air dan menangkap ikan. Tapi ikan – ikan ini tidak untuk dibawa pulang tetapi hanya ditangkap sesekali lalu harus dilepaskan kembali ke dalam air, kalau lama-lama takut ikan nya keburu pingsan. Hee. Aku dapat menangkap 3 ikan lho, hebat kan. Hee.

Teryata setelah menangkap ikan kami masih harus melanjutkan perjalanan, pos bandungan katulampa nya masih jauh, sementara kami semua sudah lelah. Lega rasa nya setelah tau kalau kami melanjutkan perjalanan dengan naik perahu (rafting) bukan dengan berjalan kaki lagi. Hee. Perjalanan menelusuri bengungan dengan rafting juga seru banyak pemandangan ciptaan allah yang bisa aku lihat selama perjalanan. Alhamdulillah kami pun tiba di pos. langsung membersihkan diri dan siap menyantap bekal makanan lezat buatan bunda yang kami bawa. Makan Bersama-sama terasa menyenangkan. Terima kasih ya allah, perjalanan menelusuri cipataan allah hari ini pun selesai. Aku pulang Bersama keluargaku dengan perasaan yang senang dan penuh syukur.

Marathon 19-Haikal

ADIK PUTIH DATANG

Suatu hari putih memberitahu anak anak nya mimo dan puki bahwa adik putih yang bernama puna akan datang. Lalu puna pun datang, “halo,” kata puna. “Halo saudaraku,” balas putih. Putih memperkenalkan anak nya kepada puna. “Halo aku mimo,” tante puna. “Halo,” kata mimo. Saya adalah puki si kucing populer hehe …,” kata puki. Halo puki, halo mimo, putih pun mempersilahkan puna masuk. “Anak-anak tolong antarkan tante puna ke kamarnya ya,” kata putih. “Baik,” kata mimo dan puki. Mimo dan puki memberi tahu tantenya tentang kamar, kamar mandi dan dapur. “Ini kamar nya tante puna,” kata mimo. “Nanti habis ini kita makan bareng ya tante,” kata puki. “Iya iya,” kata puna. Putih, pucin, mimo dan puki pun memasak bersama dan makan bersama dengan puna.

 

Marathon 19-Fatya

Episode 19

Bertempur di Lautan

Faqih dan Nada menghirup napas panjang. Memejamkan mata, menikmati aliran angin yang berhembus membasuh wajah mereka. Sesekali tersenyum senang sambil bergumam-gumam.

Fatya dan Jaihan yang duduk di samping mereka hanya tersenyum melihat tingkah mereka. Keduanya asyik mengobrol berdua di tepi kapal Felucca yang tengah berlayar menembus hamparan biru Sungai Nil.

“Menyenangkan,” ucap Namira sambil meluruskan kaki, memejamkan mata sambil membiarkan angin membasuh wajah. Meniru kelakuan Faqih dan Nada. Ya, sensasi ini menyenangkan dan seru sekali.

Bertempur sebelum berlayar …” Fatya menggoda Namira sambil berbisik di telinganya. Mengingatkan kata-kata Kapten Kairo sebelum mereka berlaga.

Namira nyengir, lalu melirik Kapten Kairo yang duduk bersama Profesor Sari, Profesor Andri, Pilot Salim dan Pilot Kendra. Mereka berlima tampak anggun di depan kapal. Duduk bersama sambil mengobrol, entah membicarakan apa. Sesekali Pilot Salim menyeletuk jail, memicu suasana penuh guyonan.

“Eh? Bukannya terbalik, ya? Seharusnya kan, berlayar sebelum bertempur?” kata Aila, menyeletuk. “Mau bertempur di pulau seberang, ya harus berlayar dulu. Masak kita bertempur dulu padahal belum nyampe di pulau seberang.” Lanjutnya dengan senyum lucu.

Semua anak perempuan tertawa mendengar celetuknya.

“Maksud Kapten Kairo, berlayar setelah bertempur adalah menyenangkan …” kata Fatya sambil menghirup napas, tersenyum menatap awan.

“Ataupun bertempur sambil berlayar?” Jaihan ikut menyeletuk. Kerudung pink kesayangannya berkelebat ditiup angin. Senyumnya tersungging, “Dahulu, pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, pasukan armada angkatan laut pun dimulai dengan dikomandoi oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Mereka menaklukkan Pulau Qubrush yang sekarang berganti nama menjadi ‘Cyprus’.”

“Kenapa Muawiyah bin Abu Sufyan yang mengomandoi pasukan armada angkatan laut itu? Bukankah seharusnya Khalifah Utsman?” sahut Taqiyya penasaran.

“Karena Muawiyah bin Abu Sufyan yang memiliki ide membentuk pasukan armada angkatan laut.”

Semua anak menoleh. Aqil yang duduk di tepi kanan kapal menyeletuk pembicaraan mereka. Pemuda yang tenang itu tampak tersenyum, “Kalian belum tahu ceritanya?”

“Belum,” semua anak kompak menggeleng, kecuali Fatya, Faqih, Nada, Jaihan dan Keni. mereka kan, anak yang suka membaca buku. Bagi Fatya, membaca novel Tere Liye yang tebal pun hanya sebentar, dilalap dalam hitungan dua hari. Bagi lima anak itu, tiada hari tanpa membaca! Ya, harus membaca, membaca apa saja. Membaca kitab sejarah, membaca Al-Quran, baca koran, baca majalah, atau pun sekadar membaca iklan, hehe.

Aqil tersenyum lembut, lalu merebahkan lengannya di dinding kapal. “Sejak kekhalifahan Umar bin Khaththab, Muawiyah sudah membujuk khalifah tersebut untuk membentuk pasukan armada angkatan laut. Tapi, Khalifah Umar bin Khaththab tidak menyetujuinya.

“Tapi, Muawiyah tidak berputus asa. Ide untuk membangun armada angkatan laut tetap ingin dilakukannya,” ucap Aqil, memandang teman-temannya dengan senyum. Sengaja benar memancing penasaran mereka. Satu pun tidak ada yang bergerak. Radit, Satria dan Aliv yang bahkan dijuluki Trio IJU (Iseng, Jail, Usil) terdiam mendengarkan.

“Pada saat Utsman bin Affan menjadi khalifah, Muawiyah kembali meminta izin. Ia menyampaikan rencananya membangun armada angkatan laut, karena dia dan pasukannya ingin menyebarkan agama Islam ke pulau Qubrush atau Cyprus. Pada saat itu, Qubrush dikuasai oleh Romawi. Pasukan Romawi sering menjadikan sebagai pelabuhan perang mereka.” Aqil berhenti lagi, membuat napas teman-temannya memburu tak sabaran. Tersenyum sendiri. Ah, ternyata beginilah rasanya menjadi narasumber!! Selalu ditanya-tanya dengan tak sabaran. Aqil senyum lagi, menarik napas, dan …

“Setelah berusaha meyakinkan Khalifah Utsman bin Affan, akhirnya Muawiyah mendapat izin membangun armada angkatan laut. Khalifah Utsman juga mengizinkannya untuk menaklukkan Pulau Qubrush dengan dua syarat,” kata Fatya sambil melirik Aqil yang menatapnya sebal. Habis sih, kamu banyak berhentinya. Temen-temen pada nggak sabar, tahu! ucap Fatya dalam hati.

“Pakai syarat?” Faris mengernyit.

“Ya, pakai syarat,” Fatya mengangguk. “Syarat pertama : Muawiyah harus membawa istrinya. Syarat kedua : Pasukan yang ikut harus dengan kemauan sendiri. Artinya, Muawiyah tidak boleh mamaksa siapapun untuk menyertai pertempuran ini.”

“Oh, jadi berapa banyak pasukan yang ikut di pertempuran Cyprus?” tanya Athia penasaran.

“Walau Muawiyah tidak memaksa siapapun untuk ikut serta, ada banyak pasukan yang memilih ikut. Salah satu dari pasukan tersebut bernama Ubadah bin Shamit. Dia membawa istrinya yang bernama Ummu Haram binti Milhan, saudari kandung Ummu Sulaim binti Milhan, ibundanya sahabat Rasulullah, Anas bin Malik.

“Loh? Ngapain dia ikut perang di lautan??” tanya Radit histeris, membuat Trio IJU dan temannya yang lain menatapnya melek.

“Karena Rasulullah pernah bersabda : Pasukan pertama dari umatku yang berperang di atas lautan, mereka kelak akan masuk Surga. (Faathul Bari 6/120).” Jaihan tersenyum. Dia menimpali perkataan Radit. “Atau hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah bersabda : Akan ada sekelompok dari umatku yang mengarungi lautan, seperti raja-raja di singgasana. Dan Ummu Haram meminta Rasulullah untuk mendoakannya agar dia menjadi salah seorang dari mereka, lalu Rasulullah pun mendoakannya.

“Sungguh benar apa yang disampaikan oleh Rasulullah. Beliau tidak pernah berbicara dusta. Apa yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah. Ummu Haram benar-benar ikut dalam armada angkatan laut pertama itu. Dia mendapatkan janji untuk masuk Surga!” timpal Aqil.

Ketiganya tampak berpacu dalam bercerita, seakan mereka berlomba-lomba. Membuat mata teman-teman mereka berpindah-pindah lantaran sumber pemancar yang berpindah-pindah_-

“Pasukan armada angkatan laut pertama dengan dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan berlayar menuju Pulau Cyprus. Pasukan ini bukan untuk menguasai atau menjajah Cyprus, melainkan untuk menyebarkan Islam, kemudian mengamankan perbatasan wilayah negara Islam di Syam dari serangan Romawi!”

Semua mata menoleh ke Keni yang santai meluruskan kaki sambil menyandarkan punggung di dinding kapal.

“Kenapa ada pasukan pertama dan kedua?” tanya Qalesya dan Dira penasaran. Keduanya tampak belum mengerti.

Fatya tersenyum, langsung bercerita, “Karena, pada awalnya, penduduk Cyprus menolak kedatangan pasukan Islam. Mereka menutup gerbang ibukota mereka, Lefkosia atau Nekosia, serta menutup benteng. Mereka menunggu pasukan Romawi datang dan membantu mereka dari pasukan Islam.

“Akhirnya, pasukan Islam mengepung ibukota Cyprus. Tidak butuh waktu lama, penduduk Cyprus menyerang, dan mengajukan perjanjian damai—“

“Kenapa pasukan Islam menyerang mereka? Bukankah kedatangan mereka bukan untuk menguasai, menjajah, melainkan untuk menyebarkan Islam? Kenapa mereka malah menyerang Cyprus?” tanya Aliv dengan wajah polos khasnya. Anak satu ini memang lucu, polos dan kekanak-kanakan, tapi aura kedewasaannya akan terlihat saat dia marah atau dalam pelajaran IPA! Pelajaran kesukaaanya.

Fatya menatap Aliv, “Aliv, saat pasukan Islam mendatangi sebuah daerah untuk menyebarkan agama Islam, mereka memberi dua pilihan. Pilihan pertama : masuk Islam, dan pilihan kedua : membayar jizyah atau upeti. Dan saat itu penduduk Cyprus menolak kedua pilihan itu. Nah, dalam prinsip pasukan Islam, jika kedua pilihan itu tidak disetujui maka ada pilihan lain, yaitu : perang.”

Semua anak menatap tak berkedip, walau sesekali mereka tampak ber-woah takjub.

“Nah, pada tahun 32 Hijriyah, penduduk Cyprus mengingkari penjanjian damai dengan Muawiyah. Mereka membantu pasukan Romawi dengan menyediakan perahu-perahu besar untuk menyerang kaum muslimin.

“Mengetahui pengkhianatan penduduk Cyprus, Muawiyah pun datang kembali. Muawiyah bersama pasukannya menyerang pulau itu dengan gencar dan hebat. Beliau membagi pasukannya menjadi dua. Pasukan pertama dikomandani oleh Muawiyah sendiri, sedangkan pasukan kedua dikomandani oleh Abdullah bin Sa’ad. Serangan bertubi tersebut membuat pasukan musuh banyak yang terbunuh dan tertawan.” Fatya menghirup napas panjang, menahan gerakan tangan Faqih yang hendak menyentuh air Sungai Nil, lalu melirik Aqil. Lanjutkan! Begitu kode matanya.

“Akhirnya, penduduk Cyprus menyerah. Mereka mengajukan perjanjian damai lagi dan Muawiyah menerima perjanjian itu untuk yang kedua kalinya.

“Setelah itu, Muawiyah menempatkan 12.000 tentara untuk tinggal dan berjaga di Pulau Cyprus. Muawiyah juga membangun kota, mendirikan masjid dan menggaji tentara yang bertugas di sana. Dan, Cyprus pun menjadi aman dari pemberontakan dan serangan Romawi. Tamat ceritaa~~” Aqil nyengir sambil merentangkan tangan.

“Hebat banget, ya. Bertempur di lautan. Mereka nggak tenggelam?” ujar Aliv sambil mengerjap kagum.

“Ya nggaklah. Mereka kan bertempur di atas kapal-kapal, bukan di atas air laut,” sahut Satria sebal. Dia dan Radit memang sangat kompak dengan Aliv, bahkan mereka terlihat seperti adik-beradik.

“Eh? Iya, kah? Aliv kira mereka bertempur di atas air laut, hehe,” ucap Aliv cengengesan sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Mana mungkin orang bertempur di air laut! Bakal tenggelam nanti!” ucap Radit sambil menyikut Aliv. “Ada-ada saja. Malah bisa mati semua orang kalau bertempur di air laut, tahu nggak?”

Aliv nyengir, “Kan Aliv salah kira. Abang Radit galak banget.” Ucapnya sambil memonyongkan bibir.

Semua tertawa ringan melihatnya.

“Tapi, ada yang lebih penting kita ketahui …” ucap Kuro sambil menatap air Sungai Nil. Suaranya terdengar menyeramkan. “Ada sebuah sejarah dari Sungai Nil yang harus kita ketahui …”

“Sejarah apa tu, Bang Kuro?” tanya Faqih lucu. Jika semua orang bergidik ngeri mendengar intonasi Kuro yang menyeramkan, dia malah bertanya santai.

“Sejarah Nabi Musa yang pernah dihanyutkan di Sungai Nil …”

Marathon 19 – Irbath

Di perjalanan, saya dan keluarga kepanasan karena belum dekat dengan gunung. Selama perjalanan saya dan kakak – kakak tidur nyenyak di dalam mobil. Dan saat mau sampai, saya terbangun dari tidur. Saya coba berkata kepada abi saya bahwa saya mau membuka jendela mobil karena sudah di daerah dingin. Alhamdulillah abi saya memperbolehkan saya buka jendela mobil. Tapi kata abiku tidak boleh keluar kepalanya karena jika ada mobil atau motor bisa berbahaya. Saya jadi bisa terkena angin pegunungan yang sejuk.

Marathon 20 – Syamsiah

Aku Suka Liburan (Bagian 2)

Selanjutnya kami diajak ke sebuah pusat perbelanjaan, sebelum masuk Mammy sudah mengingatkan “Anak-anak… kita disini hanya jalan-jalan yah dan Cuma melihat-lihat, nggak boleh belanja” begitu kata Mammy.
“Kenapa kita tidak bisa belanja mammy? Lalu kenapa kita kesini?” tanyaku ingin tahu.
Mulailah Mammy menjelaskan kalau mainan fdi toko ini mahal-mahal. Lagi pula aku dan kakak Fatih sudah punya cukup banyak mainan, dan kita juga tidak punya uang berlebihan untuk membeli mainan jadi kita hanya meihat-lihat saja. Kebetulan Tante Via dan Ummi juga mau membeli sesuatu. Yup, seperti kata Mammy kita hanya-hanya melihat-lihat saja. Gak boleh beli, jadinya kita foto-foto saja bersama Adik Aiman dan tante Via.

Kak Fatih, Kak Alvan, Kak Alvi dan Aku

Aku dan Kakak Fatih juga menginap dirumah Puang nanni. Puang Nanni itu saudara perempuannya Tettah, dia punya tiga orang anak. Ada kakak Alif, kakak Alvi dan kakak Alvan. Dirumah Puang Nanni kita main bertiga sama kakak Alvan. Kami diajak makan malam di sebuah rumah makan yang makanannya enak sekali. Menjelang pukul 10 malam mammy mengingatkan kami untuk istirahat. Tapi Kakak Fatih marah-marah dia masih mau main padahal sudah larut malam. Tuh, lihat saja fotonya. Wajah Kakak Fatih Murung.


Tante Via dan Adik Aiman mengajak kami ke banti Murung. Disana ada permaindian, ada air terjun besar dan banyak kolam renang. Kolamnya macam-macam ada untuk anak kecil seperti aku, Adik Aiman dan Kakak Fatih ada juga khusus anak-anak yang lebih besar. Oh iya, di bantimurung itu, ada museum Kupu-Kupu loh, jadi berbagai macam jenis kupu-kupu diawetkan mulai dari yang kecil sampai yang paling besar dengan sayap warna-warni yang sangat cantik.

Museum Kupu-Kupu

Hari minggu di Makassar juga seru, tidak jauh dari rumah Tante Via ada GOR (Gedung Olah Raga) Sudiang. Aku, Adik Aiman dan kakak Fatih bermain perahu-perahu plastik. Awalnya aku takut, tapi aku juga penasaran mau mencobanya. Setelah mengambil karcis kami harus antri menunggu nomor kami dipanggil. Lumayan lama menunggu hingga akhirnya tiba giliranku naik ke perahu.
Senangnya bisa naik perahu air ini, mengendarainya seperti ketika kita naik sepeda, bedanya kita naik sepeda diatas air. Apakah kalian pernah mencobanya?
Kalau ada kesempatan ke Makassar lagi, aku mau main perahu-perahu lagi. 😍😍😍