Yellowstone National Park, Montana, Wyoming, Idaho

Ayah mengejar waktu untuk dapat menginap di Yellowstone National Park. Kami masuk area taman nasional di malam hari, hujan bersalju, aku mulai takut. Hanya ada salju yang terlihat dimana mana. sesekali mobil kami berpapasan dengan mobil pembersih jalanan, tapi hujan salju deras sekali. Aku mengantuk. Hampir tengah malam kami memasuki kota yang penuh salju. Hanya lampu yang berkelap kelip. Setelah beres beres, kami pun tidur. hanya terdengar bunyi suara mobil pembersih jalanan yang lalu lalang. Pagi pagi aku memandang ke jendela, semuanya salju tebal, ada banyak orang yang memakai jetski, dan papan ski salju lewat, ada banyak mobil salju, kami pun turun untuk sarapan. Setelah sarapan kami dijemput oleh mobil besaaaar sekali dan berwarna kuning, roda rodanya beda seperti mobil tank, gunanya supaya bisa jalan di jalan bersalju. Yang lebih keren sopir mobilnya cewek,. wuihh. aku dikasih buku mewarnai dan crayon. sepanjang perjalanan kami beberapa kali berhenti untuk jalan dan foto. mobil berderak derak karena jalanannya yang bumpy dan karena kami duduknya paling belakang, jadi paling asik terpontal pontal..hihi. seruuu… kami diberikan selimut, dan mobil berhenti kalau ada Bison atau angsa dan rusa untuk dilihat. kami juga dipinjami teropong jarak jauh. kami berhenti di tempat bernama Old faithful untuk melihat geyser. Kami menunggu setengah jam untuk melihat geysernya. Angin kencang dan badai. kami berjalan menuju restoran untuk makan siang, Masuk di rumahnya, udara hangat langsung terasa..hhhh…secangkir coklat panas hangat diperutku, dan kami pun makan. Lihat Museum, beli souvenir, lanjut masuk ke mobil. Ketika pulang, karena badai, mobil kami sempat terperosok ke luar jalanan, diderek, semua orang berteriak seruuuu sekali.

Marathon 07 – Sarah

Day 05

Suara alarm nyaring terdengar. Sekarang pasti sudah jam 6 pagi. Aku tertidur pada jam 10 malam kemarin, tapi perasaan masih mengantuk ini membuatku lemas. Aku baru terbangun kembali pada jam 7, oleh karena ketukkan pintu yang sangat keras dari Steven. Kami memang meminta Steven untuk membangunkan kami jam 7, bila kami belum bangun sebelum itu. Bagaimanapun, hari ku dimulai dengan tarian bangun tidur dari Annie dan Jane. Kamar kami berada di lantai 3, kami membutuhkan beberapa lama untuk turun ke ruang utama. Sesampainya di bawah, kami segera disambut oleh pancake dengan syrup buatan Steven. Kami memakan sarapan kami dengan ceria meria, selagi kartu UNO dimainkan.

Hari ini, rencana kami adalah untuk pergi ke Bugis untuk mengantarkan Leon ke gereja, serta mengunjungi Little India untuk perayaan Deepavali. Bus yang sedikit anehnya ramai membuat aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kemarin, waktu kami di bus tidak selama ini. Sepertinya, kami menaiki bus yang salah.. Lagi. Tapi ternyata bus yang salah itu tidak sepenuhnya buruk. Kami berakhir dengan stasiun yang 2 stasiun lebih cepat dari Lakeside. Dan kami juga tidak datang terlambat. Team Sandya sudah datang lebih awal, sedangkan Team Tante Ira yang datang paling terlambat. Jam misa Leon mulai pada jam 12 siang. Beberapa dari kami memesan Subway sebelum berjalan ke gereja.

Gedung-gedung tinggi dan trotoar yang lebar tidak pernah membuatku merasa bosan. Lampu merah yang memang didesain untuk para pejalan kaki menyebrang bukanlah sebuah kejutan lagi untukku. Membosankannya, harus berdiri menunggu sampai lampu menunjukkan warna hijau. Apalagi bila cuaca sangat panas, dimana matahari melihat kebawah, penasaran dengan keberadaan manusia di bumi. Awan tidak berani untuk mengganggu matahari, dan oleh karena itu, Singapore terasa seperti sebuah oven besar yang sedang memanaskan kami. Berjalan di tengah matahari yang panas tidak terlalu menyenangkan. Apalagi ketika kami berjalan sebagai segerombolan orang-orang yang mempunyai payung-payung kecil. Tidak cocok untuk kami berjalan berdekatan. Kami berjalan selama 10 menit sebelum sampai pada tujuan kami. Gereja Bugis, gereja katolik. Selama Leon menghadiri misa nya, kami berjalan ke Bugis Junction untuk makan siang. 

Ocehan dan candaan dari teman-temanku membuatku aku semakin pusing di hari super panas ini. Candaan-candaan receh yang kudengar selagi berjalan bukannya membantuku merasa santai dan senang, melainkan membuatku merasa jengkel. Pada momen dimana kami di publik, dan kelihatan seperti sebuah grup anak-anak yang sedang berjalan, kenapa harus terus mengeluarkan suara? Membuatku merasa seluruh perhatian tertuju kepada kami. Perlahan-lahan aku merasa kesal kepada teman-temanku. Aku tidak ingin berjalan bersama mereka. Aku berjalan di depan mereka, menghindari mereka dan berbicara dengan pikiranku sendiri. Makan siang sudah berada di dalam perut kami, dan sekarang sudah waktunya untuk berjalan lagi. Misa Leon hanya berlangsung selama 1 jam. Kami berjalan untuk menjemput Leon kembali sebelum berjalan ke Kampong Glam. Bugis dan Kampong Glam tidak begitu jauh, kami hanya berjalan selama 10 menit lagi untuk sampai kesana. Rencana kami sekarang adalah untuk mengantarkan para teman-teman muslim untuk beribadah di Masjid Sultan. Sedangkan Leon yang ditemani oleh aku dapat menikmati makan siangnya yang terlambat. 

Kami menunggu pada sebuah restoran India. Leon memesan cheese na’an bersama milo dinosaurus untuk makan siangnya. Baru sekitar 30 menit kemudian kami selesai menunggu, berjalan ke samping Masjid Sultan untuk bertemu dengan teman-teman kami. Bosan dan capek, kami menunggu dan duduk selama 15 menit. Candaan-candaan yang tidak bermutu kembali membuatku kesal. Aku mulai bertanya kepada teman-temanku, “Kita mau ngapain abisini?” Tidak ada satupun yang menjawab dengan jawaban pasti. Perasaan kesal ku semakin meninggi. Pikiranku dipenuhi oleh perkataan-perkataan seperti “Daripada bercanda terus, kenapa ga mikir mau kemana?” Tapi, aku memutuskan untuk diam dan membiarkan mereka lagi sebentar. Baru 5 menit kemudian, mereka mengajak. Walau begitu, masih tidak ada yang tau untuk harus melakukan apa, dan kemana. Sedangkan baterai hp kami mulai menurun. Lelah menunggu, aku mengutarakan sebuah ide. “Gimana kalau kita ke Little India aja, terus cari cafe disana?” ucapku. “Oh, okay. Boleh.” ucap Ralph. Aku mengangguk, lalu berdiri melihat teman-temanku. Aku tidak yakin mereka mendengar rencana ku tadi, dan ku rasa mereka masih bingung akan keadaan mereka sekarang. Bagaimanapun, kami berjalan ke stasiun MRT Kampong Glam, lalu pergi ke stasiun Little India.

“Aduh, disini mana bisa nyari cafe kak?” ucap Goji kepada Ralph. Kami baru keluar dari stasiun MRT Little India. Aku menyipitkan mataku. Matahari masih bersinar dengan terang. Kami berjalan ke sebuah ladang hijau yang besar di dekat MRT. Sudah ada beberapa sekumpulan orang yang sudah berduduk-duduk di sekitar sana. Goji melihat-lihat handphonenya dengan sedikit kesal. “Disini gaada cafe, kak.” ucapnya kepada Ralph lagi. “Yaudah, kalo gitu kita duduk aja dulu.” Ralph berjalan untuk duduk di atas ladang hijau. Muka teman-temanku terlihat sedikit kesal. Matahari yang panas memang dapat membuat orang-orang menjadi gila. “Siapa sih yang ngajak kita kesini duluan?” ucap Kevin tiba-tiba. Ralph melihat aku dengan sedikit malu, “Sarah.” ucapnya. Aku melihatnya kembali dengan tajam. “Yeah, it’s her fault lah.” ucap Goji. Ralph ikut mengangguk. Mereka.. menyalahkan aku. Nafasku mulai menderu, perasaan marahku memuncak. Aku tahu aku melakukan hal yang salah, tapi mereka sendiri yang memutuskan untuk mendengar ideku. Selain itu, mereka juga tidak tahu untuk melakukan apa. Bila aku mengganti ide kalian dengan ideku, kalian boleh menyalahkanku sesuka hati. Tapi, kalian juga masih bergantung kepada seseorang untuk merencanakan sesuatu. Daripada mengeluh, kenapa tidak berusaha untuk merubah? Aku berteriak kepada Ralph, bertengkar dengan singkat. Aku tidak terima bahwa aku disalahkan, ketika Ralph dan semua teman-temanku juga tidak melakukan apapun. Itu tidak adil.

Aku menghela nafas capek, “Aku mau nyari cafe nih. Siapa yang mau ikut?” ucapku sambil berdiri. Bagaimanapun, aku sudah membuat mereka terjebak di situasi yang tidak mengenakkan ini, itu berarti aku juga yang harus mengeluarkan mereka. Ayi dan Kenzie berdiri untuk menerima ajakanku. “Udah ya, lain kali gausah dengerin gue” ucapku berjalan menjauh dari mereka, ke ruko-ruko di depanku. Samar-samar, aku mendengar Ralph berucap, “Yeah, we won’t.” Hari ini, pandanganku kepada Ralph berbeda. Teman yang dulu ku kenal sekarang seperti orang yang berbeda. Orang yang sama, perasaan yang berbeda. 

Tidak membutuhkan waktu yang lama untukku menemukan sebuah cafe. Sebuah cafe yang menjual jus segar dengan homemade ice cream segera kutemukan. Sedikit lucu karena ternyata seorang orang Chinese yang berjualan. Aku memesan segelas orange juice, berbagi dengan Kenzie. Sedangkan Ayi membeli green tea ice cream. Rasa kedua makanan itu enak, dan untuk harga yang lumayan murah. Aku mengeluarkan HP dan charger dari tasku. Di dalam ruangan ini ada AC dan charger. Hal-hal yang kami cari. “Oh tidak!” Aku baru teringat bahwa di Singapore, mereka menggunakan 3 lubang socket, bukan seperti Indonesia yang hanya mempunyai 2. Aku menghampiri kepala cafe tersebut, bertanya apabila ia mempunyai pensil. Sedikit life hack untuk kalian yang tidak mempunyai adaptor mata tiga, kalian dapat menggunakan pensil untuk menutup mata socket ketiga itu. Aku menceritakan situasiku kepadanya. Dia mengerti, kemudian mencari sesuatu ke gudangnya. Ternyata, ia mencarikan aku sebuah adaptor. Untungnya, dia mempunyai adaptor, dan aku dapat menikmati jusku bersama dengan handphone yang terisi dengan cepat. 

Tante Ira datang bersama dengan teman-temanku lain. Sudah waktunya kami menikmati tur kecil ke Little India dengan dipandu oleh Tante Ira. Pada waktu ini, keadaan di sekitar Little India lumayan ramai. Beberapa jalan ditutup untuk mendukung perayaan Deepavali. Kami berjalan melewati banyak orang berjualan. Mulai dari makanan sampai baju, kacamata sampai kartu SIM, semuanya ada. Tur kami akan dimulai dengan mengunjungi Indian Heritage Centre, Museum kultur India. Sayangnya, kami tidak dapat mengunjunginya karena mereka tutup pada hari itu. Jalanlah kembali kami. Kali ini ke kuil Sri Vadapathira Kaliamman. 

20191027_163952-1.jpg

Kuil ini lumayan menarik. Menurutku karena patung-patung yang berwarna serta penuh detail, seolah-olah hidup. 

20191027_164727

 

Setelah itu, kami berjalan ke City Square Mall untuk makan malam. Nasi Hainam ku beli, tanpa minuman. Selanjutnya, kami menunggu di luar untuk perayaan Deepavali-nya. Kami semua berbincang tentang hari ini; aku dan Ralph yang bertengkar, makanan, jalanan, semua hal. Tidak lama kemudian hujan turun. Hujan yang deras. Memberitahu bahwa perayaan tidak direstui oleh awan, dan sudah waktunya kami untuk kembali pulang ke host masing-masing. Sedikit mengecewakan, karena aku merasa bersemangat sebelumnya. Tapi, bila hujan merasa sekarang adalah waktunya untuk menjadi sorotan, aku hanya bisa menikmatinya. Dengan tidur yang nyenyak.

Marathon 07-Khalisa

Puisi terakhir gaes. Capek kunyalin puisi dari Buku Khusus Puisi

Yg ini judulnya kesetiaan. Inspirasinya adalah, pasutri. Suaminya selingkuh, tapi istrinya masih setia sama dia. Aku gedeg liat orang-orang, ataupun cerita cinta di sekelilingku ceritanya selingkuh… melulu!

Udh gedeg!

Kesetiaan

Aku di sini, aku merasa kesepian

Aku di sana, aku sendirian

Aku di sini, di tengah hamparan krisan

Kubiarkan waktu mengalir dan berjalan

Kugenggam erat dandelion pemberianmu

Satu alasan membuatku bertahan

Kesetiaan

Kesetiaan, karena kesetiaanlah aku bertahan

Marathon 07-Syifa

Tulisan tangan sang pengamat ulung


Pertemuan pertama, hari ini dimulai dengan sesi perkenalan saja. Belum mulai belajar. Sebelum mulai, aluna permisi untuk pergi ke kamar mandi. Aluna sangat gugup. Jadi ia menenangkan diri sebentar. Tenangin diri kok di kamar mandi? Yaa habis nggak ada tempat lain. Hehehe..
“ Haaah… huft! Tenang, rileks! Kamu bisa, bisa! Fighthing, ” aluna mnyemangati dirinya.
Sesaat ia bercermin lalu kembali ke ruang belajar. Semua murid-muridnya sudah menunggu. Aluna melirik hafshah. Tampaknya hafshah sudah mulai akrab dengan teman-teman barunya. Aku tidakboleh kalah, semangat!
“ maaf, apakah kalian sudah menunggu lama?” tanya aluna.
Semuanya menggeleng.
“ alhamdulillah..baiklah, hari ini kita akan memulai dengan memperkenalkan diri masing-masing. Apakah ada yang ingin memperkenalkan diri duluan?” tanya aluna.
Semuanya saling menoleh. Lirik sana-lirik sini. Sepertinya tidak ada yang mau menjadi yang pertama. Gugup aluna kembali. Huuh.. tenang, tenang.
“ tidak adakah yang ingin menjadi yang pertama?” aluna mengulangi pertanyaannya.
Sepertinya tidak ada.
“ baiklah, biar saya yang duluan,” kata aluna.
Aluna berdiri dihadapan mereka semua. Senyum manis ia keluarkan untuk mengurangi rasa gugup.
“ assalamu’alaikum! Perkenalkan namaku Hawa Aluna. Kalian bisa memanggilku Aluna. Umurku 15 tahun. Aku berasal dari Indonesia. Aku memiliki hobi membaca. Aku sangat suka menulis. Apalagi menulis buku diary sebelum tidur. Aku sangat senang bisa bertemu dengan kalian semua. Semga kita bisa menjadi teman baik, terimakasih..” jelas Aluna.
Suara tepukan tangan terdengar tepat setelah aluna memperkenalkan dirinya. Aluna membungkuk hormat sambil tersenyum.
“ baiklah, siapa selanjutnya?” tanya aluna.
Semuanya kembali saling menoleh dan lirik kanan kiri. Tampaknya belum ada yang mau memperkenalkan dirinya. Aluna berpikir keras agar mereka mau memperkenalkan dirinya. Hmm.. aha!! Aluna mengambil ransel coklatnya dan mengeluarkan buku diary kesayangannya. Aluna merobek 10 lembar kertas. Masing-masing dari peserta mendapatkan kertas dari aluna.
“ apakah kalian membawa pensil atau pulpen?” tanya aluna.
Semuanya mengisyaratkan iya, mereka membawanya.
“ ambil pensil atau pulpen kalian,” perintah aluna.
Semua langsung bergerak mengambil tas mereka yang terletak disudut ruangan. Ada yang mengeluarkan pensil, ada yang mengeluarkan pulpen, ada juga yang mengeluarkan pensil dan pulpen Setelah itu mereka kembali duduk ditempat semula.
“ baiklah, sekarang saya ingin, kalian memperkenalkan diri kalian lewat tulisan. Terserah mau seperti apa. Saya beri waktu 25 menit untuk menulis. Tunggu,” aluna mengambil hp dari salam tasnya. Ia mengatur stopwatc di hpnya.
“ 25 menit, dimulai dari sekarang,” kata aluna, “ selamat menulis,”
Aluna memperhatikan mereka menulis. Ada yang menambahkan gambar pada tulisannya. Hihihi.. lucu. Tepat 10 menit kemudian,
Srek..
Ada seseorang menarik baju aluna. Aluna menoleh, seorang gadis kecil menatapnya. Aluna membungkuk. Gadis kecil itu memberikan secarik kertas yang sudah penuh dengan tulisannya. Aluna membacanya.
“ Elke,” aluna mengisyaratkan namanya.
Gadis kecil itu tersipu malu lalu kembali duduk ditempatnya. Aluna tersenyum melihat tingkah gadis kecil itu yang ternyata bernama, Elke.
Aku Elke. Umurku 9 tahun. Aku sangat suka menulis. Aku juga punya buku diary dirumah. Setiap malam aku bercerita pada buku itu. Buku diary itu adalah hadiah dari ibu. Ibu memberi hadiah itu karena aku mau mengenakan kerudung.
Dulu aku tidak suka mengenakan kerudung. Rasanya gerah. Tapi ibu bilang, kerudung itu melindungi kepala dari panas dan dinginnya cuaca. Ibu juga bilang, aku lebih cantik jika pakai kerudung. Sekarang aku sangat senang mengenakan kerudung. Aku punya banyak kerudung cantik. Kapan-kapan kakak datang kerumahku ya.. aku akan menunjukkannya pada kakak.
Apakah kakak ingin menjadi temanku? Aku sangat ingin menjadi teman kakak. Kakak sangat baik dan cantik. Mirip dengan ibu. Aku sangat menyukai kakak.
Aku punya seekor kucing. Namanya El. El sangat menyukai ikan. Aku senang bermain dengannya. Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berbicara. Aku juga tidak pernah mendengar ibu dan ayah berbicara. Sepi. Aku merasa sendiri. Kata ibu dan ayah, alat pemdengaranku tidak berfungsi sejak aku lahir. Aku iri melihat teman-temanku yang asyik mengobrol satu sama lain. Disekolahku aku tidak punya teman. Semua temanku tidak ada yang mau bermain denganku. Dulu aku punya teman baik. Namanya Shopia. Aku sangat menyukainya. Dia sangat baik. Saat istirahat, kami suka bertukar bekal yang kami bawa. Sungguh menyenangkan. Hanya saja, Shopia dan keluarganya pindah ke prancis. Aku sangat sedih sekali. Tidak ada yang mau berteman denganku kecuali shopia. Shopia sangat baik.
Maka dari itu, maukah kakak menjadi temanku? Aku yakin kakak sebaik shopia. Atau bahkan lebih. Aku tidak sabar untuk belajar menghafal gerakan baru. Terimakasih karena kakak sudah mau mengajarku.’

Begitulah. Isi tulisan dari Elke. Aluna terharu membacanya. Tak terasa setetes dua tetes air mata mengalir. Aluna merasakan, betapa sedihnya elke karena tidak ada yang mau berteman dengannya. Dipandanginya gadis kecil polos itu. Kelihatannya dia sedang mencoba membaur dengan teman teman yang lain.
Mereka semua berkumpul disini untuk sama-sama belajar, saling berbagi rasa dan mencoba mendapat teman baru. Walaupun umur mereka tidak sama. Ada yang lebih tua, ada yang lebih muda. Dan masing-masing dari mereka memiliki kepribadian yang berbeda. Ada yang ceria, ada pendiam, ada yang pemalu, ada yang sensitif dengan segala hal, dan masih banyak lagi macam-macam kepribadian yang mereka miliki. Aluna sangat bersyukur diberi kesempurnaan fungsi indranya. Sebenarnya mereka juga sama. Lengkap. Mata ada, telinga ada, mulut ada. Hanya saja tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Aluna betul-betul bersyukur. Terima kasih yaa Allah..
Srek.. Srek..
Lagi-lagi ada yang menarik baju aluna. Aluna segera mengahapus air matanya dan berbalik kearah orang yang menarik bajunya. Dua gadis cantik memberikan secarik kertas yang juga penuh dengan tulisan, Aluna mengacungkan jempolnya. Kedua gadis itupun kembali duduk ditempatnya. Setelah itu ada tiga anak laki-laki yang memberikan secarik kertas pada aluna. Aluna tersenyum lebar. Mereka membalas senyuman aluna dengan memeluk aluna. Betapa terkejutnya aluna. Aluna pun membalas pelukan tiga anak laki-laki kecil itu.
Aluna membaca kertas itu satu persatu-satu.
‘Assalamu’alaikum Aluna..
Aku Charlotte. Kita seumuran! Aku senang sekali. Aku memiliki hobi memasak. Aku senang menghabiskan waktuku dengan membuat kue. Saat ini setiap sore aku jualan kue disebuah toko kecil. Toko itu peninggalan kakekku. Aku menjual berbagai macam jenis dan rasa kue. Nanti saat istirahat kita makan sama-sama yaa. Aku membuat kue yang cukup untuk kita semua. Saat ini aku tidak lagi bersekolah. Aku berhenti. Aku lebih memilih untuk belajar dirumah ditemani oleh ibuku. Ayahku sudah meninggal setahun yang lalu. Kami hanya tinggal berdua. Sebenarnya aku memiliki seorang adik. Kalau dihitung, sekarang umurnya 13 tahun. Hanya saja, tepat 4 tahun yang lalu, adikku kecelakaan. Saat itu ia sedang bermain sepeda. Tiba-tiba saja mobil dengan kecepatan tinggi datang dari arah belakang. Aku sangat sedih. Aku merasa menyesal karena tidak bisa menemani adikku bermain pada saat itu. Aku terlalu sibuk dengan sekolah. Kalau saja aku menemaninya, mungkin ia tidak akan pergi secepat ini. Maka dari itu sekarang aku memutuskan untuk berhenti saja. Aku ingin menemani ibuku dirumah. Sebenarnya ibuku sangat marah saat tau aku ingin berhenti. Tapi aku menjelaskannya baik-baik. Aku tidak ingin menjadi beban ibuku. Ibuku harus menyisihkan uangnya untuk membiayaiku sekolah. Lebih baik aku jualan kue saja.
Terimakasih aluna. Kau datang untuk mengajar kami. Walaupun hanya sebuah kalimat, tapi itu akan sangat berharga untukku. Jujur saja. Aku tidak bisa mengaji. Aku sangat senang kau mau mengajariku. Terima kasih aluna. Semoga kita bisa menjadi teman baik.

Tes…
Air mata kembali menetes. Aluna mengusap air matanya. Ia tersenyum kearah charlotte. Charlotte yang saat itu melihatnya juga membalas tersenyum. Sekarang surat lainnya,
‘ Assalamu’alaikum..
Hai. Namaku Iris. Umurku juga 15 tahun. Sama denganmu! Aku juga suka membaca. Aku punya banyak koleksi buku di kamarku. Aku senang kau hadir untuk mengajar kami semua disini. Terima kasih

Aluna tersenyum lebar. singkat namun bermakna. Kini giliran ia membaca tulisan dari tiga anak laki-laki tadi. Hihihi.. isi tulisannya hampir sama. Sedikt tulisan, lebih banyak gambar.
aku Ferre. Umurku 7 tahun. Kurt dan arno adalah saudaraku.’
‘ Namaku arno. Umurku 7 tahun. Ferre dan kurt adalah saudaraku.’
‘ aku kurt. Aku suka menggambar. Umurku 7 tahun. Aku suka menggambar bersama ferre dan arno. Kami bersaudara.’

Aluna menepuk bahu Ferre, kurt dan arno.
“ kalian kembar?” tanya aluna.
Mereka menggaguk bersamaan.
“ apakah ibu kalian ikut datang kesini?” tanya aluna.
“ ibu dirumah. Dia punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawab Ferre.
“ iya. Dia sedang memasak makan siang untuk kami,” tambah Arno.
“ bagaimana dengan ayah kalian? Apakah dia ikut?” tanya aluna.
“ dia hanya mengantar kami, lalu pulang,” jawab arno.
Aku hanya mangut-mangut. Ferre, Arno, kurt. Waaah… yang mengejutkan aluna adalah mereka bersaudara kembar dan ketiga-tiganya memiliki hambatan pendengaran! Bisakah kalian bayangkan? Rasanya ingin sekali aluna bertemu dengan orang hebat yang melahirkan, yang membesarkan dan mendidik mereka hingga saat ini.
“ siapa yang lahir duluan?” tanya aluna dengan wajah cerianya.
“ Ferre. Kemudian arno. Terakhir aku,” jawab Kurt.
Aluna ber-oh panjang.
Srek..
Baju aluna kembali ditarik. Aluna membalikkan badannya. Dua gadis manis menghampiri aluna. Yang satu sepertinya seumuran atau mungkin lebih tua. Dan yang satunya lagi sepertinya lebih muda dari aluna. Aluna menerima dua kertas berisi tulisan itu dengan tersenyum lebar. Setelah mereka, seorang anak laki-laki mengahampiri aluna dan memberikan secarik kertas padanya. Aluna kembali membaca tulisan mereka satu-per satu.
“ Hai aluna. Assalamu’alaikum. Perkenalkan, namaku Pauline. Saat ini umurku menginjak usia 16 tahun. Aku sangat menyukai merajut. Aku sudah menghasilkan beberapa karya tanganku sendiri. Seperti topi, syal, jaket, baju boneka, taplak meja, dan lain-lain. Biasanya saat musim dingin, banyak teman-temanku yang membeli syal rajut buatanku. Mereka bilang hasil rajutanku sangatlah rapi. Aku membawa hadiah untukmu. Nanti akan kuberikan saat pulang nanti. Aku harap kau menyukai hadiah dariku.
Aku sangat banggga bisa bertemu wanita hebat sepertimu. Walaupun masih berumur 15 tahun, kau sudah mampu menjadi seorang guru. Bukan guru biasa, melainkan guru spesial. Aku sangat senang bisa berteman denganmu. Aku juga ingin berteman dengan temanmu itu. Aku mengagumimu. Jujur, aku iri padamu. Iri karena kau memiliki wajah yang cantik. Tidak seperti aku. Jelek. Hihihi.. bolehkah aku meminta no hp mu? Aku ingin bisa selalu menghubungimu.
Aku juga suka membaca buku. Tapi tidak begitu terlalu sih sebenarnya. Jika aku membeli buku, buku itu hanya aku baca sekali. Setelah itu, buku itu tidak pernah aku baca lagi. Maka dari itu, aku membiarkan teman-temanku meminjamnya. Aku bosan jika membaca buku yang sama dua kali atau bahkan lebih. Dulu, sebelum aku kenal merajut, membaca buku adalah favoritku. Sebelum berangkat sekolah, pulang sekolah, diwaktu kosong bahkan saat makan aku sibuk membaca buku. Tetapi entah mengapa, kesukaanku terhadap buku mulai berkurang ketika aku sudah mengenal merajut. Aku saat ini lebih senang merajut ketimbang membaca. Banyak yang bilang kalau merajut itu membosankan, melelahkan, dan masih banyak lagi komentar-komentar jelek lainnya. Sebenarnya itu karena mereka tidak menikmatinya. Jika kau sudah mencoba sekali sambil betul-betul dinikmati, kau akan ketagihan! Apakah kau bisa merajut aluna? Jika tidak bisa, belajarlah denganku. Aku dengan senang hati akan mengajarimu merajut.
Oh ya, aku sangat tertarik mengenal lebih jauh mengenai tempat asalmu, indonesia. Seperti apa Indonesia? Indah? Panas atau dingin? Apakah ada musim salju? Aku bingung ingin menanyakan apa lagi. Yang jelas aku sangat ingin mengenal indonesia. Siapa tau aku bisa berkunjung kesana
.’
Hehehe.. aluna nyengir lebar. Benar saja. Gadis ini setahun lebih tua darinya. Tepatnya seumuran dengan hafshah. Waah.. aluna tidak menyangka bakal ada yang tertarik dengan negeri khatulistiwa. Mungkin aluna akan menceritakannya dilain kesempatan.
Aku Maaike. Hai kak aluna… Assalamu’alaikum. Aku berumur 11 tahun. Hobiku bermain piano, melukis, mendesain gaun dan bermain dengan kucing. Kucingku bernama Mike. Aku sangat menyukainya. Dia adalah temanku satu-satunya. Aku tidak mempunyai teman selain dia. Sebenarnya banyak dari teman teman disekolah yang ingin berteman denganku. Tetapi aku malu untuk berteman dengan mereka. Aku takut di olok-olok. Aku merasa di pantas berteman dengan mereka. Namun, ibu menjelaskan panjang lebar padaku. Bahwa, didunia ini kita membutuhkan teman. Walaupun hanya satu tapi itu lebih baik dibanding seribu. Seringkali aku termenung memikirkan nasihat ibu. Sebenarnya, apa yang dikatakan ibu benar. Hanya saja aku yang belum berani untuk berteman dengan mereka. Masih butuh waktu.
Aku senang bisa bertemu dengan kak Aluna. Apalagi sampai menjadi teman. Aku bingung harus menulis apa lagi disini. Hmm.. kak aluna sangat cantikn dan baik. Semoga kakak selalu bahagia.
Sekian; Maaike’

Aluna mendesah panjang. Maaike hampir sama dengan Elke. Sama-sama tidak memiliki teman di lingkungan sekitarnya. Kasusnya saja yang berbeda. Kalau Elke itu dia tidak memiliki teman karena memang tidak ada yang mau berteman dengannya. Sedangkan Maaike, ia tidak memiliki teman karena ia menutupi dirinya sendiri. Padahal banyak yang ingin berteman dengannya. Hanya Maaikenya saja yang belum siap menghadapi mereka.
Satu surat lagi,
hai, assalamu’alaikum. Aku Yves. Senang bertemu dengan kakak. Aku baru menginjak usia 12. Mohon bantuannya. Aku sangat ingin bisa menghafal kalimat bismillahirrahmanirrahim. Hobiku bermain sepeda, baca buku dan menggambar.’
Aluna kembali nyengir lebar. lagi-lagi surat singkat namun bermakna. Haah.. apakah ini yang terakhir?
“ 1,2,3,4,5,6,7,8,9..” aluna menghitung jumlah kertas yang pegangnya, “ kurang satu,”
Tampak seorang gadis kecil masih sibuk mencoret kertasnya. Kalau diperhatikan, sepertinya dia bukan menulis. Dia menggambar. Aluna menghidupkan layah hp dan melihat stopwatch yang tadi disetelnya. Wah! Sudah lebih dari 20menit. Aluna pun menghampiri gadis itu kemudian menepuk bahunya. Gadis kecil itu pun menoleh.
“ apakah kau sudah selesai? Waktunya sudah melebihi 20 menit,” kata aluna sambil tersenyum.
“ tunggu sebentar. Aku akan memberi hiasan bunga terlebih dulu,” kata sang gadis kecil itu.
“ baiklah,”
Aluna pun memberi sedikit waktu lagi untuk gadis itu.
“ Ini,” gadis itu menyerahkan secarik kertas pada aluna, “ aku menggambar ini khusus untuk kakak,”
Aluna menatap gambar itu lekat-lekat. Dikertas itu, ada gambar seorang anak anak kecil mengenakan gaun yang cantik sambil menggandeng seorang wanita. Dibawahnya ada hiasan bunga-bunga yang sangat menggemaskan. Aluna tersenyum.
“ ini siapa?” tanya aluna pada gadis itu sambil menunjuk gambar gadis kecil yang mengenakan gaun yang cantik.
Gadis itu menunjuk dirinya.
“ Oowh.. ini kamu. Ini siapa?” tanya aluna sambil menunjuk gambar seorang wanita yang digandeng gadis kecil itu.
Gadis itu menunjuk aluna.
“ aku?” tanya aluna.
Gadis itu menggangguk.
“ benarkah?” tanya aluna memastikan.
Gadis itu kembali mengganguk.
“ waah.. Terima kasih. Gambar ini sangat bagus. Cantik,” puji aluna, “ siapa namamu? Berapa umurmu?”
S-H-A-N-A
Gadis itu menuliskan namanya dikertas miliknya. Disebelahnya dia menulis angaka 5.
“ Shana 5 tahun. Nama yang indah,” puji aluna.
“ terima kasih,” ucap gadis itu yang ternyata bernama Shana.
“ sama-sama,” jawab aluna sambil mengusap kepala Shana.
“ 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Pas! Semuanya sudah terkumpul,” gumam aluna.
Hmm.. setelah ini ngapain ya? Istirahat saja deh.
“ baiklah, terima kasih karena kalian sudah mau memperkenalkan diri kalian lewat tulisan ini. Elke, Charlotte, Iris, Ferre, Arno, Kurt, Yves, kak Pauline, Maaike dan Shana. Senang bisa mengenal kalian semua. Sekarang, kita istirahat saja dulu. Setelah itu kita akan lanjut lagi,” kata Aluna.
“ yang mau makan, silakan makan. Yang mau minum, silakan minum. Yang mau menggambar, silakan menggambar. Yang mau bermain, silakan bermain,” jelas aluna.
Semua bertepuk ria. Ferre, Arno dan Kurt langsung sibuk menggambar dibuku gambar yang mereka bawa. Wah, bawa buku gambar rupanya? Shana bermain dengan Elke. Entah apa yang mereka mainkan, aluna tidak tau. Yves sepertinya memilih untuk sendiri. Ia sibuk membaca buku yang ia bawa dari rumah. Sementara itu, Iris, Charlotte, Kak Pauline dan Maaike menghampiri aluna. Seperti yang dijanjikan Charlotte, ia membawa satu kotak penuh berisi kue coklat. Kelihatannya lezat.
“ Silakan dimakan,” kata Charlotte.
“ terima kasih,”
Aku bersama teman-teman yang lain mencicipi kue buatan Charlotte. Si kembar tiga yang tadinya sedang sibuk menggambar, ikut makan bersama mereka. Begitu juga shana dan elke. Hanya Yves yang tidak mencicipi kue buatan Charlotte. Yves bilang, ia tidak begitu menyukai coklat dan dia sudah kenyang.
Charlotte menepuk bahu aluna. Aluna menoleh,
“ ini untuk temanmu,” kata charlotte sambil menyerahkan satu bungkus penuh berisi kue coklat yang sama persis dengan kue yang Aluna makan sekarang.
“ waaah.. terimakasih. Nanti akan kuberikan padanya,” kata aluna.


Setelah istirahat, Aluna memulai kembali kelasnya. Aluna betanya kepada mereka semua, apa yang ingin kalian lakukan saat ini? Berbagai macam jawabanpun terlontarkan.
“ bermain,”
“ baca buku,”
“ Bercerita,”
Aluna pun menyimpulkan semua jawaban mereka.
“ bermain, baca buku atau bercerita?” tanya aluna, “ pilih salah satu,”
Semuanya saling menoleh dan lirik satu sama lain.
“ bercerita saja,” kata charlotte, “ ceritakanlah pada kami tentang Indonesia,”
Semua mengisyaratkan iya.
“ bernarkah? Kalian memilih melihatku bercerita?” tanya Aluna.
“ Iyaaa..” jawab semuanya kompak.
Aluna tersenyum lebar. Sejenak ia menutup matanya, kemudian bersiap untuk memulai cerita.
“ Baiklah.. aku akan bercerita singkat saja,”
‘ Indonesia.. negeri yang damai dengan berbagai macam bahasa dan budaya yang dimilikinya. Negeri dengan populasi muslim terbanyak di dunia. Indonesia ada lah negara yang paling toleran dalam hal agama. Semuanya bisa berteman. Muslim, kristen, budha, hindu dan semua jenis agama yang ada, Kami semua berteman. Bersaudara sesama bangsa indonesia.
Kami memiliki kuliner dengan cita rasa yang khas. Masakan indonesia adalah salah satu tradisi kuliner yang paling kaya didunia. Apakah kalian tau rendang? Rendang adalah salah satu kuliner khas indonesia yang sudah mendunia.Hampir semua masakan indonesia kaya dengan bumbu yang berasal dari rempah-rempah.
Indonesia juga negeri yang ramah akan lingkungan. Jika kalian pergi ke perkampungan, ujung kota, kalian akan jatuh cinta dengan pemandangannya. Begitu menyejukkan mata. Gunung-gunung yang menjulang. Mata air yang sangat menyegarkan, hamparan sawah yang begitu luas, suara burung yang berkicau dimana-mana, Pohon-pohon yang berdiri tegak membawa udara segar setiap harinya. Namun, jika kalian pergi mengunjungi pusat kota, pemandangan seperti itu tidak akan kalian dapatkan. Hanya ada gedung dimana-dimana, suara bising kendaraan, polusi asap dan debu. Pokoknya menyesakkan.
Memang indonesia itu negeri yang maju akan teknologi, tapi tidak dengan kesadaran akan kebersihan lingkungan. Sampah berserakan dimana-mana, asap rokok mengepul disetiap penjuru. Kami, warga indonesia saat ini sedang mengalami krisis udara segar. Bagi mereka yang tinggal di pusat kota, sangat sulit untuk menghirup udara segar dipagi hari. Bagaimana tidak? Pohon pohon ditebang, hutan dibakar, ltidak ada cukup lahan untuk menanam pohon. Banyak para satwa yang kehilangan rumahnya. Sungguh menyedihkan.Beruntunglah bagi mereka yang tinggal di daerah perkampungan. Udara masih bersih. Menyehatkan.
Tapi walaupun begitu, masih ada banyak orang yang tergerak hatinya untuk membuat indonesia hijau lagi.
Hanya saja kini, indonesia sudah berbeda. Banyak berubah. Dan perubahan itu tidak banyak yang positif. Aku, sebagai warga negara indonesia sedang berusaha membantu untuk membuat indonesia menjadi lebih baik lagi.’


“ baiklah, mungkin pertemuan hari ini cukup sampai disini. Insyaallah besok kita sudah mulai belajar. Bersiaplah, semangat semuanya..” kata aluna.
Semua pamit dengan aluna. Kak pauline menyerahkan goddie bag pada aluna.
“ apa ini?” tanya Aluna.
“ hadiah untukmu dan temanmu,” jawab kak Pauline.
“ Waaah.. terimakasih,” ucap aluna sambil menerima goodie bag berwarna putih denga paduan merah pemberian kak Pauline.
Kak pauline pun pamit untuk pulang. Aluna membuka goodie bag itu. Waah.. ada dua buah syal merah muda. Cantik sekaliii..Aluna segera mencari Hafshah. Ruang belajar hafshah berada tepat disebelah ruang belajar aluna.
Tok tok..
Aluna mengetuk pintu. Hafshah menoleh.
“ eh, luna. Udah selesai?” tanya hashah sambil merapikan tasnya.
“ sudah. Ini shah,” aluna menyerahkan satu buah syal merah muda pemberian kak Pauline pada hafshah.
“ ha? Apa nih? Waah syal.. bagus bangeet. Dari siapa?” tanya hafshah.
“ dari kak Pauline. Dia salah satu muridku,” jelas aluna, “ oh iya, satu lagi. Ini, buat kamu juga,”
Aluna menyerahkan satu bungkus penuh kue coklat pemberian Charlotte.
“ woww.. kue. Dari muridmu juga? Hmm.. kayaknya enak. Makasih yaa,” kata hafshah sambil menerima bungkusan kue itu.
“ iya. Ya udah, sekarang kita kemana nih? Pulang?” tanya Aluna.
“ terserah kamu. Kamu mau pulang atau mau jalan-jalan dulu?” Hafshah balik bertanya.
“ aku sih pingin pulang. Capek, terus ngantuk,” jawab aluna.
“ oh, ya udah kita balik aja. Aku juga capek banget nih,” kata hafshah.


“ sholat dzuhur dulu,” hafshah mengingatkan saat mereka sudah masuk kamar.
“ iyaa,” jawab aluna.
Aluna langsung mengerjakan sholat.
“ Haaah..” aluna tiduran dikasur setelah selesai sholat.
“ alhamdulillah, hari ini selesai!” kata hafshah sambil ikutan tiduran di kasur.
“ aku bobo’ ah. Ngantuk nih,” kata aluna.
“ bobo’ aja sana. Aku mau video call ibu,” kata hafshah sambil mengambil hpnya.
Eh iya, aluna juga jadi pingin video call bunda. Tapii.. Hooaam.. ngantuk. Bobo’ dulu aja deh. Nanti bangun tidur baru video call bunda.


Marathon 07 – Qonita

Halaman 7

Sesampai kami di camping ground kami bersiap-siap untuk mandi dan salat ashar sayangnya kamar mandi penuh sekali kami harus menunggu antrian toilet camping ground Setelah menunggu beberapa lama kami Mendapat giliran. Aku dan temanku ka Hana bergegas mandi rasanya sejuk. Setelah kami mandi kami langsung salat ashar. Teman-temanku yang lain juga sedang sibuk bersih-bersih dan salat ashar.

Marathon 07 – Rafi

Persiapan

                Malam itu di sebuah rumah di sebuah desa, ada beberapa polisi dan seorang detektif, detektif itu berusia 21 tahun, dia terlihat masih amatir tapi itulah harapan satu – satunya desa.

“Baik, seperti yang saya katakan kemarin saya akan memilih satu polisi untuk menemani saya dan yang lainnya diharap segera pulang, karena jika terlalu banyak polisi ditakutkan akan terlalu mencolok.” Kata detektif itu. Sang detektif pun memilih satu polisi, detektif bertanya “Siapa namamu?”

Polisi itu menjawab “Nama saya Sersan.”

“Berapa usiamu?”

“20 tahun.” Sepertinya Sersan lebih muda 1 tahun dari pada sang detektif.

“Namaku Zean” kata detektif itu.

Malam itu juga setelah Zean memilih satu polisi yang bernama Sersan dan polisi yang lain pulang, dia memulai pembicaraan dengan Sersan.

“Selama kita menyelidiki kasus ini kamu tidak usah terlalu kaku, biasa saja.” Kata Zean memulai, Sersan tahu detektif yang ini masih sepantaran dengannya jadi dia bisa bicara dengan Zean seperti teman sendiri.

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Sersan.

“Sekarang kita tidur dulu, aku sudah mempersiapkan peralatan untuk penyelidikan kasus ini, di tas itu.” Jawab Zean sambil menunjuk ke pojok ruangan, di situ ada sebuh tas berwarna coklat yang tidak terlalu besar.